Selasa, 15 Juni 2010

Evav Community:“danke tete manis voor Talenta yang Ia beri







minggu(13/06/2010) "Berapa puluh tahun lalu beta masih kacile, beta ingat tempo Itu sio mama gendong betae...." Sepenggal lagu ini memberikan pencerahan bahwa hidup ditanah rantau memang sulit. Pun meninggalkan kampung halaman serta Pergi ke negeri orang berjuang untuk mengenyam ilmu pengetahuan untuk menjadi seorang sarjana adalah keinginan semua orang untuk sukses di masa depan yang cerah. Ini butuh kekuatan iman dan tenaga extrakeras agar segala dicita-citakan dapat digenapi. Namun hal itu tidak hanya dapat dicapai hanya dengan faktor akademis saja. Melainkan melalui proses-proses yang membentuk karakter manusia itu bertumbuh menjadi pribadi yang mandiri dan memberikan nilai-nilai yang berdampak bagi suatu kesuksesan yang berdampak bagi masyarakat sekitar. Seiring dengan perkembangan era modernisasi dan globalisasi maka kesuksesan tersebut harus di barengi dengan tekad dan semangat untuk mencapai kearah perubahan-perubahan positif ketimbang lari kepada narkoba, sex, dan minuman keras. Sehubungan dengan hal itu maka ada berbagai langkah yang dapat dilakukan sehingga kemampuan pribadi yang mandiri itu dapat merekah disetiap waktu.
Salah satu diantaranya melalui tarian modern (Modern Dance) yang ditunjukan oleh Evav Community. Komunitas Tari yang terdiri dari Nyong-nyong Kei, Maluku dan nona dari surabaya ini sangat kompak, berkolaborasi serta atraktif menunjukan kepiawaian tarian modern mereka diajang kompetisi Tari Modern NBA Madness yang dipersembahkan oleh Jawa Pos didukung oleh salah satu perusahaan operator telepon seluler ternama di Indonesia pada hari minggu malam lalu. Evav Community yang dimotori oleh Berto Akse, Femi Lissay, Presley Tethool, Evert Lekatompessy, Justyn Arwalembun, dan seorang cewek dari Surabaya berhasil mencapai posisi kedua dari kontes akbar yang dihadiri sekitar 2000 orang yang berkumpul ramai di Tunjungan Plaza 3, Surabaya pada hari minggu lalu.
Evav Community menurut pengakuan Femi Lissay, salah satu dancer yang berbincang dengan Pecinta Pers OKe menyatakan bahwa sudah berdiri lama. “Kami berdiri sudah lama, biasanya kami sudah kumpul-kumpul, badansa( berdansa-Bahasa Indonesia) sama-sama namun kami eksis sejak tanggal 13 Oktober 2008 dan kami berkuliah ditempat yang sama semuanya” ujar anak muda yang saat ini berkuliah di Universitas 17 agustus Surabaya dengan mengambil jurusan Teknik Informatika.
Ketika ditanya tentang nama Evav itu sendiri artinya apa? Femipun, menjawab tanah adat orang Kei. Soal, jadwal latihanpun Evav memiliki jadwal yang begitu padat. Diantaranya kami berlatih 3 kali dalam satu minggu bersama dengan 20 orang “ kesan pria yang memiliki rambut plontos dan berjaket abu-abu pada malam itu .
Selanjutnya harapan dan kesan yang grup ini ingin dedikasikan kepada orang tua dan Tuhan mereka begitu sederhana dan mulia. Femi bersama dengan grupnya percaya bahwa dengan tarian ini kami dapat membuktikan dengan tarian mereka dapat menjadikan anak-anak muda yang baik dan memiliki budi perkerti luhur.” Kami ingin agar orang tua jangan melihat kami sebagai tukang bolos sekolah lewat tarian, tetapi dengan menari kami juga dapat menghasilkan uang sampingan yang dapat mendukung masa kuliah kami di kampus serta masa depan kami.Pun kami tidak lupa ingin mengucapkan dankje voor Tete manis( Tuhan Allah) atas talenta dan kesempatan yang dikasih kepada Femi, pribadi dan kawan-kawan.
(trus)

1 komentar:

  1. saya jadi ingat saudara saya di surabaya.....(mas mu)

    BalasHapus